Rabu, 13 Maret 2013

Tana Toraja Part-4

Sungguh perjalanan yang sangat berkesan, ketika punya kesempatan untuk menikmati wisata TanaToraja Sulsel.
Ketika mulai memasuki Tator, dengan mayoritas penduduknya beragama kristen sangat kental terasa dari mulai jajanan yang bebas menjajakan makanan yang diharamkan untuk umat Muslim.
Sedikit merinding buat aku sekaligus tersadar begitu beraneka ragam adat istiadat dan kebiasaan setiap Daerah yang tersebar luas di seluruh penjuru Nusantara.




Memasuki Tator ada sedikit kesan mistis yang tiba-tiba menyeruak, setelah melihat kehidupan penduduknya yang nampak nyata terlihat.
Sepanjang memasuki kota aku terkagum melihat rumah-rumah khas Tator yang terbuat dari kayu yang dipahat dan diukir dengan sangat cantik, dibutuhkan keahlian khusus untuk menghasilkan pahatan yang unik dan bagus.
Konon katanya itu semua melambangkan status sosial seseorang, jadi semakin banyak Rumah-rumah itu dibangun semakin tinggi pula status sosialnya.




Rumah adat Tator itu disebut Tongkonan.
Tongkonan adalah rumah adat dengan ciri rumah panggung dari kayu dimana kolong di bawah rumah biasanya dipakai sebagai kandang kerbau. Atapnya rumah tongkonan dilapisi ijuk hitam dan bentuknya melengkung persis seperti perahu telungkup, mungkin seiring waktu atap rumah adat tongkonan yang aku lihat menggunakan penutup seng.
Selain untuk menyimpan hasil panen atau disebut lumbung padi, rumah adat Tongkonan digunakan untuk menyimpan Mayat. Mayat orang mati masyarakat Toraja tidak langsung dikuburkan tetapi disimpan di rumah tongkonan. Agar mayat tidak berbau dan membusuk maka dibalsem dengan ramuan tradisional yang terbuat dari daun sirih dan getah pisang tetapi sekarang ini sudah menggunakan formalin yang disuntikan ketubuh mayat. Sebelum upacara penguburan, mayat tersebut dianggap sebagai ‘orang sakit‘ dan akan disimpan dalam peti khusus. Peti mati tradisional Toraja disebut erong yang berbentuk kerbau (laki-laki) dan babi (perempuan). Sementara untuk bangsawan berbentuk rumah adat. Sebelum upacara penguburan, mayat juga terlebih dulu disimpan di alang sura (lumbung padi) selama 3 hari. Aku sempet kebingungan dengan satu ciri yang sangat menonjol yaitu kepala kerbau menempel di depan rumah dan tanduk-tanduk kerbau pada tiang utama di depan setiap rumah. Jumlah tanduk kepala kerbau tersebut berbaris dari atas ke bawah dimana katanya untuk menunjukan tingginya derajat keluarga yang mendiami rumah tersebut. Di sisi kiri rumah yang menghadap ke arah barat dipasang rahang kerbau yang pernah di sembelih. 



Sungguh suatu adat istiadat yang menakjubkan, membuat aku nggak habis pikir mendengar cerita dan sejarah kalau di Tator itu lebih meriah dan ramai pada acara pesta upacara kematian ketimbang pesta pernikahan.

Membicarakan tentang upacara kematian suku Toraja, disini ada satu tempat yang menjadi obyek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan yaitu Taman wisata LONDA.
Seneng sekali aku bisa mampir ke sana, walau agak takut-takut kalau denger cerita dari temen-temen yang memang udah bosan kesana, taman wisata yang cukup menyeramkan buat aku.

Londa adalah salah satu gua makam paling popular sebagai tujuan wisata di Tana Toraja. 
Katanya nggak Ke Londa berarti belum mengenal Toraja.
Ketika memasuki kawasan londa jujur aku merinding aura mistis begitu terasa dengan hutan yang rimbun dan tebing batu, kalau kita jeli dicelah dinding bebatuan itu terdapat peti-peti mayat.




Untuk mencapai lokasi gua makan Londa, harus menuruni sejumlah anak tangga.
Aku sempat tertegun, menuruni anak tangga nampak dibawah orang-orang berkerumun didepan gua yang dindingnya dipenuhi peti-peti mayat yang bergelantungan, ada juga seperti sebuah jendela terbuka lebar yang didalamnya penuh dengan miniatur dari orang-orang yang sudah meninggal.
Miniatur itu dibuat dari pohon nangka, dipahat hampir mirip dengan aslinya, kenapa pohon nangka karena serat dan warna pohonnya hampir mirip dengan kulit manusia juga pohon nangka bisa kuat tahan lama.
Seketika aku tertegun dan merinding melihat pemandangan didepan aku, sungguh hal yang nggak biasa dan disinilah letak keanekaragaman adat istiadat yang sudah ada sejak beratus-ratus tahun lamanya.





aku mendengar guide yang bercerita kalau Londa adalah semacam tempat pemakaman keluarga bangsawan.
Semakin tinggi strata sosialnya semakin tinggi pula letak kuburanya, makanya ada sampai didinding tebing paling atas, 
Masyarakat Toraja percaya bahwa orang yang meninggal dapat membawa hartanya ke kehidupan setelah mati. Inilah salah satu alasan mengapa mereka mengubur peti-peti mati di tempat-tempat yang tinggi. Selain untuk melindungi harta yang ikut dikubur, mereka juga percaya bahwa semakin tinggi letak peti mati maka semakin dekat perjalanan roh yang meninggal menuju tempatnya setelah mati (nirwana)
benar-benar adat istiadat yang luar biasa dan hanya bisa ditemukan di tana toraja.
Belum lagi prosesi pemakaman yang memakan biaya yang sangat fantastis, diperlukan Sekitar 20 sampai 100 ekor kerbau yang mana harga satu kerbau (tedong) bisa mencapai ratusan juta, coba silahkan dihitung saja akan menghabiskan berapa untuk satu kali acara prosesi pemakaman.
Digerbang masuk aku melihat tedong atau kerbau yang cukup besar ketika aku tanya harganya mencapai 60 juta...wow!!


Masih nggak percaya dengan pemandangan didepan aku, tebing bebatuan dengan peti-peti mayat, suhu udara sangat dingin menambah rasa takutku semakin mengganggu.
Dalam benakku kok bisa ada tata cara pemakaman seperti ini, sedih dan nggak tega melihat kondisi peti dan tengkorak dibiarkan begitu saja.
Yang terlintas dipikiran aku adalah kasian aja seperti ditelantarkan begitu saja.




Ini bagian terseru dan nggak akan terlupakan ketika mulai memasuki pintu masuk gua yang sangat sempit dan gelap, dengan bantuan lampu petromak dan guide yang memandu. aku memberanikan diri untuk masuk kedalam gua, disambut dengan suhu yang lebih dingin, dinding gua yang lembab dan medan yang diluar dugaan aku, sempit terjal bahkan harus merangkak turun naik, diatas gua bergelantungan stalaktit.
Terus terang aku takut tidak berani banyak nengok kanan-kiri karena begitu banyak kejutan dicelah dinding gua, ada tengkorak, tulang belulang, peti mayat yang sudah terbuka, asli membuat aku sesak napas.









Setengah perjalanan Tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan de mora " aku takut aku mau keluar "
Dengan cekatan ma guidenya ditarik dan dibimbing keluar gua.
Aku nyesel udah ngajak de mora masuk walaupun anak-anak memang dibolehkan untuk masuk.
Nyampai diluar gua de emo tertunduk lemas entah apa yang ada dalam pikirannya.
Aku sendiri masih tertunduk lemas, menarik napas panjang dengan pikiran yang berkecamuk kalau melanjutkan pejalanan semakin ke dalam gua entah apa yang terjadi.
Aku salut ma teteh mada ma papanya juga temen-temen yang lain terus maju kedalam melewati lorong kecil sepanjang 20 meter dalam gelap ditemanin tengkorak dicelah dinding gua.













Sungguh ini semua menjadi pengalaman yang sangat luar biasa, banyak hal baru yang aku temukan.
Waktu didalam gua aku nggak punya kekuatan untuk ngabadiin momen yang menakjubkan itu.
Aku antara bingung, takut, lemes dan takjub.
Dua kata luar biasa...!!

Perjalanan menuju Tator dengan jarak yang cukup jauh dengan medan yang mengocok perut dan memutar kepala, terbayar sudah dengan pengalaman yang luar biasa yang aku dapatkan di Tana Toraja Sulawesi Selatan.

Alhamdulilah, kami kembali ke kota Parepare dalam keadaan baik, membawa kenangan dan pengalaman yang begitu menyenangkan.
Terimakasih buat semua...:) (-ws-)



Rabu, 06 Maret 2013

Maksi...:)

Menu makan siangnya agak nggak nyambung, tapi lagi kepengen banget makan kaya gini, yaitu nasi uduk lengkap...:)
Boleh-boleh aja yaa, abis ngidamnya udah akut banget...hehehe.



Mangga disimak aja, rasa nasi uduknya guriiihh banget...hehehe. (-ws-).

Selasa, 05 Maret 2013

Kok Keriput....?

Ternyata bukan nenek-nenek aja yang keriput....hehehe.
Kue bikinan aku kali ini keriput juga hasilnya...:D
Nggak ngerti letak kesalahannya dimana, padahal dengan resep yang sama dan baru kali ini selama sering buat kue yang hasilnya keriput....nyebelin kan...huuhh!!
Masa iya harus pake anti keriput kaya nyamarin keriput wajah aja...hehehe.

Nikmati kue kali ini sambil nahan ketawa, geli liatnya kaya lukisan abstrak.
Tapiiiii....jangan salah, rasa kuenya enaakkk banget perpaduan keju dengan coklat putih lumeerrr menyatu utuh sempurna....;)

Bukan berarti tampilan yang kurang menarik rasapun tidak menggigit.
Jadi....! jangan liat tampilannya dulu untuk menyukai sesuatu, boleh diterapkan dalam hal apa pun loooh...hehehe.



Tetep aja aneh liatin kue kok keriput gini, unyu-unyu bin gemesin gituu...:D (-ws-)